Menguak Kontroversi Pemecatan Imran Nahumarury dan Yeyen Tumena dari Malut United

Menguak Kontroversi Pemecatan Imran Nahumarury dan Yeyen Tumena dari Malut United

Saat Skandal Mengguncang Klub Promosi

Malut United, klub yang baru saja promosi ke Liga 1 Indonesia, tiba-tiba menjadi sorotan nasional bukan karena prestasi, melainkan karena keputusan mengejutkan: pemecatan dua sosok penting dalam tim, yakni pelatih kepala Imran Nahumarury dan direktur teknik Yeyen Tumena, pada 16 Juni 2025.

Pemecatan ini bukan tanpa alasan. Pihak manajemen klub mengungkap adanya praktik tidak etis berupa pemotongan gaji pemain dan permintaan “setoran” sebagai syarat bermain. Tuduhan ini mengejutkan dunia sepak bola nasional dan memicu reaksi dari berbagai pihak, termasuk asosiasi pelatih.

Kronologi Pemecatan

1. Dugaan Praktik Tidak Etis Sejak Liga 2

Menurut penjelasan Asghar Saleh, Wakil Manajer Malut United, tindakan tak profesional tersebut sudah tercium sejak klub masih bermain di Liga 2. Namun karena belum ada bukti kuat saat itu, manajemen hanya memberikan peringatan internal.

2. Klub Promosi, Tapi Masalah Berulang

Ketika Malut United berhasil promosi ke Liga 1, manajemen berharap perubahan sikap dari kedua tokoh tersebut. Namun, dugaan praktik seperti pemotongan fee pemain asing dan pungutan tidak sah terhadap pemain lokal masih berlanjut.

3. Pemecatan Resmi Diumumkan (16 Juni 2025)

Setelah melakukan investigasi internal dan menemukan cukup bukti, klub akhirnya memutuskan memecat keduanya secara resmi. Pernyataan ini langsung dipublikasikan oleh pihak klub.

Respons dari Pihak Terkait

Imran Nahumarury: Mengakui dan Minta Maaf

Imran menyampaikan permintaan maaf resmi secara tertulis. Dalam surat tersebut, ia mengakui telah melakukan kesalahan dan menerima pemecatan dengan lapang dada. Manajemen pun menyatakan bahwa kasus Imran dianggap selesai dan ditutup.

Yeyen Tumena: Bungkam dan Tidak Kooperatif

Berbeda dengan Imran, Yeyen Tumena belum memberikan pernyataan apa pun. Ia juga tidak menjalin komunikasi dengan manajemen pasca-pemecatan. Karena tidak ada itikad baik, Malut United menyatakan siap menempuh jalur hukum jika diperlukan.

Tanggapan APSSI: Penonaktifan dari Jabatan Asosiasi

Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia (APSSI) merespons cepat dengan:

  • Menonaktifkan sementara Imran dan Yeyen dari jabatan organisasi.

  • Menunjuk Zuchli Imran Putra sebagai pelaksana tugas Ketua dan Deputi Teknik sampai kongres luar biasa digelar.

Langkah ini diambil untuk menjaga integritas asosiasi dan menunjukkan bahwa tidak ada toleransi terhadap praktik tidak etis dalam dunia kepelatihan.

Dampak bagi Klub dan Citra Sepak Bola Indonesia

1. Mengguncang Stabilitas Internal Tim

Sebagai klub promosi yang sedang bersiap menghadapi Liga 1, kehilangan pelatih dan direktur teknik tentu berdampak besar. Mereka harus segera mencari pengganti yang bisa menstabilkan atmosfer tim sebelum kompetisi dimulai.

2. Merusak Kepercayaan Pemain

Praktik seperti pemotongan gaji atau kewajiban setoran demi menit bermain sangat merugikan pemain. Hal ini tidak hanya merusak moral individu, tetapi juga menghancurkan kepercayaan dalam sistem klub.

3. Mencoreng Citra Profesionalisme Sepak Bola Indonesia

Kasus ini menambah daftar panjang skandal yang mencoreng upaya reformasi sepak bola nasional. Publik kembali meragukan keseriusan federasi dan klub dalam membangun budaya kompetisi yang bersih.

Apa Itu “Setoran Bermain” dan Mengapa Ini Berbahaya?

“Setoran bermain” adalah praktik ilegal di mana pemain diminta membayar sejumlah uang kepada pelatih atau manajemen agar dijamin bermain dalam laga resmi.

Dampak negatifnya:

  • Menyingkirkan aspek meritokrasi (kemampuan sebagai syarat utama)

  • Membuka celah korupsi di level manajemen

  • Merusak semangat kompetisi dan keadilan di antara pemain

  • Menghambat perkembangan pemain muda berbakat yang tidak mampu membayar

Apa Langkah Selanjutnya untuk Malut United?

Beberapa langkah yang sebaiknya dilakukan klub:

  1. Menunjuk pelatih baru dengan track record bersih

  2. Merevisi SOP internal terkait gaji dan sistem seleksi pemain

  3. Membuka jalur pelaporan rahasia bagi pemain dan staf

  4. Bekerja sama dengan PSSI dan APSSI untuk pengawasan berkala

Saatnya Reformasi Internal Dilakukan Secara Nyata

Kasus Imran Nahumarury dan Yeyen Tumena menjadi momentum penting bagi klub-klub Indonesia untuk memperketat tata kelola dan integritas internal. Jangan sampai semangat reformasi hanya berhenti di slogan, sementara praktik korupsi mikro di level klub terus berjalan.

Malut United sudah mengambil langkah berani, dan ini patut diapresiasi. Semoga tindakan ini bisa menjadi preseden bagi klub lain untuk berani bersih, serta menjadi sinyal bahwa sepak bola Indonesia sedang memasuki era baru yang lebih jujur dan transparan.

 

Persib Bandung dan Hehanussa Bersaudara, Tradisi Baru dalam Musim 2025/2026

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *